Sudah akhir Januari 2016, bagaimana keuangan Anda, so far so good? Sudah punya resolusi keuangan dan action? Percuma punya resolusi kalau tidak action. Tapi, terkadang action dan jalan menuju tujuan terhalang oleh kebiasaan-kebiasaan buruk seputar keuangan. Kebiasaan-kebiasaan yang bisa menyeret keuangan kita mundur ini seharusnya ditinggal saja di tahun 2015 lalu. Apa saja?
- Hobi Menunda
Setiap orang memiliki minimal satu tujuan jangka panjang, yaitu pensiun sejahtera. Tujuan keuangan jangka panjang lainnya misalnya dana pendidikan, ataupun tujuan yang jangka waktunya lebih dari 5 tahun ke depan. Jika tujuan-tujuan keuangan jangka panjang ini tidak disiapkan sedini mungkin, maka yang terjadi adalah inflasi atau kenaikannya per tahun semakin tidak terjangkau. Dana pensiun misalnya, kerapkali diremehkan karena pensiun dianggap masih lama, lalu ditunda-tunda persiapannya. Padahal, semakin lama menunda, semakin mendekati pensiun, nilai yang harus diinvestasikan per bulan akan semakin besar.
- Tidak Mengerti Kebutuhan Diri Sendiri/Keluarga
Contohnya produk asuransi. Kita sebagai nasabah kadang tidak mengerti “siapa saya”, proteksi seperti apa yang saya (atau keluarga saya) butuhkan, sehingga ketika datang penawaran asuransi (ataupun produk keuangan lainnya) dan dijelaskan (hanya) kelebihan-kelebihan produk itu, sebagai konsumen yang sedang diprospek kita cenderung iya-iya aja. Akibatnya, kita akan buang-buang uang untuk produk keuangan yang kita tidak butuh atau tidak sesuai dengan kebutuhan, dan hal ini pastinya akan memberatkan cashflow bulanan/tahunan.
- Tidak Memiliki Tujuan Keuangan
Banyak sekali orang yang bertanya, “saya punya uang sekian ratus/puluh juta Rupiah, baiknya investasi di mana ya?” Perlu diingat bahwa tidak ada SATUpun produk keuangan yang bagus dan cocok untuk SEMUA orang, entah itu tabungan bank, asuransi, bahkan investasi. Investasi yang berhasil adalah jika tujuannya tercapai. Jadi Anda perlu memiliki tujuan spesifik dulu dan mengerti profil resiko diri Anda sebelum memutuskan mau berinvestasi di mana. Baca artikel mengenai investasi ini agar lebih jelas.
- Tidak Ada Keterbukaan tentang Keuangan dengan Pasangan
Keterbukaan tentang keuangan dengan suami/istri sesimpel: mengetahui gaji pasangan. Keuangan masih menjadi hal yang tabu dibicarakan bahkan antara suami-istri. Hal ini sering dijumpai pada pasangan suami-istri dimana suami bekerja, dan istri adalah ibu rumah tangga yang tidak berpenghasilan. Kondisi ini sangat riskan dimana pihak istri (dan juga anak-anak) terpapar resiko apabila suami meninggal, di-PHK, ataupun suami-istri bercerai (atau terancam bercerai).
Nah ayo kita ubah kebiasaan-kebiasaan buruk ini supaya resolusi keuangan 2016 tercapai. Nantikan bagian kedua artikel ini minggu depan. Happy planning!
Leave A Comment